Menyingkap Klaim Dusta Yahudi atas Keberadaan Haikal Sulaiman

Pertama, tempat ibadah yang disebutkan dalam pembahasan kali ini disebut oleh orang Yahudi sebagai Haikal Sulaiman (Kuil Sulaiman). Haikal dalam bahasa Ibrani berarti “Rumah Tuhan.” Menurut riwayat orang-orang Yahudi, dahulu Nabi Daud ʿAlaihis Salām yang menginisiasi pembangunan kuil ini. Namun ia meninggal sebelum sempat mulai membangunnya. Lalu putranya, Sulaiman ʿAlaihis Salām, yang melaksanakan pembangunannya di atas gunung Moriah, yang dikenal dengan H̱aḏbah al-H̱aram (Bukit Bait Suci). Inilah tempat yang di atasnya terdapat Masjidil Aqsa dan Masjid Kubah Shakhrah. Haikal ini mempunyai kedudukan khusus di hati dan benak orang-orang Yahudi, karena mereka mengklaim bahwa itu adalah tempat ibadah yang paling penting dan bahwa Sulaiman membangunnya untuk mereka dan agama mereka.

Kedua, setelah wafatnya Sulaiman ʿAlaihis Salām, anak-anaknya berselisih paham, sehingga kerajaannya terpecah menjadi dua kerajaan, dengan masing-masing kerajaan diperintah oleh salah satu putra Sulaiman. Kerajaan pertama berada di Utara, yang disebut Kerajaan Israel atau Kerajaan Samaria, yang beribukota di Nablus. Kerajaan kedua di sebelah Selatan, yang disebut Kerajaan Yehuda, yang beribukota di Yerusalem (al-Quds). Kerajaan Israel di sebelah Utara hancur dan berakhir pada tahun 721 SM. Sekitar 150 tahun kemudian, kerajaan kedua, Kerajaan Yehuda, juga runtuh. Orang-orang Yahudi berusaha mengembalikan kerajaan mereka dan membangun kembali kuil ini. Disebutkan dalam Ensiklopedi Britannica cetakan tahun 1926 bahwa orang-orang Yahudi menanti-nanti masa berkumpulnya orang-orang Yahudi di Palestina, kembalinya negara Yahudi, pembangunan kembali Haikal, dan tegaknya kembali takhta Daud di al-Quds untuk kedua kalinya, yang akan dipimpin oleh seorang pangeran dari keturunan Daud ʿAlaihis Salām. Selesai kutipan.

Ketiga, tidak ada buku sejarah atau sumber terpercaya yang menunjukkan kepada kita kebenaran bahwa Nabi Sulaiman ʿAlaihis Salām yang membangun kuil ini maupun validitas sejarahnya. Namun kami akan ceritakan sejarah singkat mengenai kuil yang mereka klaim ini, sebagaimana tersebut dalam buku-buku Yahudi, dan setelah itu kami akan menjelaskan bahwa Haikal Sulaiman hanyalah sebuah mitos, yang sama sekali tidak nyata.

  • Yang menginisiasi pembangunan haikal ini adalah Daud ʿAlaihis Salām. Adapun yang sebenarnya membangunnya adalah Sulaiman ʿAlaihis Salām.
  • Masa pembangunannya memakan waktu tujuh tahun, dan lebih dari 180.000 orang berpartisipasi dalam pembangunannya!!
  • Kuil ini dihancurkan pertama kali oleh pemimpin Babilonia, Bukhtanasar, pada tahun 586 SM.
  • Berpuluh-puluh tahun kemudian, orang-orang Yahudi yang menjadi tawanan di Babilonia diizinkan kembali ke al-Quds (Yerusalem), sehingga mereka kembali ke sana dan membangun kembali Haikal ini sekitar tahun 521 SM.
  • Kemudian Haikal tersebut dihancurkan kembali oleh Titus, putra Kaisar Romawi yang bernama Sebastian. Inilah kali kedua Haikal ini dihancurkan.
  • Agar orang-orang Yahudi tidak melupakan Haikal ini dan agar tetap hidup dalam ingatan mereka, para rabi mereka membuat ritual dan upacara yang dilakukan oleh setiap orang Yahudi agar mereka selalu ingat dengan kuil ini, saat prosesi kelahiran, kematian, pernikahan, pengecatan rumah, dan lain-lain.
  • Penghancuran kuil ini untuk kali kedua terjadi pada tanggal sembilan Agustus, sehingga orang-orang Yahudi berpuasa pada hari ini setiap tahun untuk mengenang peristiwa ini.
  • Pada tahun 135 M (pada masa pemerintahan Kaisar Hadrianus), kota ini dihancurkan, orang-orang Yahudi diusir darinya, dan didirikan sebuah kota baru di tempat itu, yang diberi nama Aelia Capitolina. Nama ini masih terus digunakan sampai umat Islam memasukinya pada masa pemerintahan khalifah kedua, Umar bin Khattab —Semoga Allah Meridainya— kemudian dinamai al-Quds atau Baitul Maqdis.
  • Pada tahun 313 M, Kaisar Konstantinus memeluk agama Kristen. Dia memulai membangun banyak gereja. Gereja Makam Kudus merupakan gereja pertama yang dibangun pada masa itu. Kemudian, ia menjadikan situs Haikal itu sebagai tempat membuang sampah untuk memprovokasi orang-orang Yahudi.
  • Bangsa Yahudi tercerai-berai ke berbagai penjuru, karena mereka telah berkhianat, membunuh para nabi, dan bermaksiat kepada Allah—seperti yang diakui oleh orang-orang Yahudi sendiri—sehingga mereka pergi ke Jazirah Arab, Irak, Mesir, dan Eropa. Sejak itu orang-orang Yahudi melupakan Yerusalem dan Haikal itu, hingga pada abad kesembilan belas masehi, mereka mulai membolak-balik lagi lembaran-lembaran sejarah untuk mencari bukti-bukti klaim bangsa Yahudi yang dapat membenarkan kepulangan mereka ke tanah al-Quds.
  • Mereka mulai mengadakan konferensi demi konferensi. Konferensi Zionis pertama diadakan di kota Basel, Swiss, pada tahun 1897 M, yang dipimpin oleh Theodor Herzl, dengan tujuan untuk mendirikan negara nasional bagi bangsa Yahudi di Palestina agar mereka dapat membangun kembali Haikal mereka.
  • Orang Yahudi mengklaim bahwa Tembok Ratapan (yang terletak di sisi barat Masjidil Aqsa) adalah sisa-sisa reruntuhan Haikal Sulaiman!
  • Orang-orang Yahudi mengklaim bahwa kembalinya raja mereka tidak akan terjadi kecuali dengan kembalinya mereka ke Yerusalem dan membangun kembali Haikal ini. Mereka juga mengklaim bahwa Masjidil Aqsa dibangun di atas reruntuhan Haikal.

Maksud mereka adalah bahwa Masjidil Aqsa harus dihancurkan untuk membangun Haikal, sementara Kerajaan Yahudi tidak akan bangkit kembali kecuali dengan melakukan hal tersebut. Mereka mengklaim bahwa Haikal adalah tempat yang paling suci di dunia. Demikianlah secara ringkas kisah tentang Haikal yang diyakini orang-orang Yahudi.

Keempat, ada banyak bukti, yang semuanya menunjukkan kedustaan sebuah Haikal yang mereka klaim dibangun oleh Sulaiman ʿAlaihis Salām dan bahwa pembangunan Haikal itu oleh Sulaiman hanyalah salah satu kebohongan yang dibuat orang-orang Yahudi. Buktinya akan hal itu banyak sekali, bahkan beberapa di antaranya dapat disimpulkan dari apa yang ditulis oleh orang-orang Yahudi sendiri tentang Haikal ini! Di antara bukti-bukti tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Tidak ada sumber kredibel yang membuktikan bahwa Sulaiman ʿAlaihis Salām membangun Haikal ini. Al-Quran yang mulia juga menceritakan kisah Daud dan Sulaiman ʿAlaihimas Salām di beberapa tempat dalam al-Quran, juga kisah Sulaiman dengan Bilqis, burung hud-hud, semut, dan para jin, padahal peristiwa-peristiwa ini tampak kurang penting jika dibandingkan dengan perihal Haikal ini. Mengapa al-Quran tidak berbicara tentang Haikal ini, jika memang benar tempat itu sesuci dan semulia yang disebutkan oleh orang-orang Yahudi?!
  2. Haikal ini tidak ada kecuali hanya dalam kitab-kitab Yahudi, yang merupakan kitab-kitab yang tidak kredibel isinya. Bahkan Alkitab sendiri, banyak sarjana dan sejarawan Yahudi dan Nasrani mengakui bahwa isinya telah tersentuh distorsi, manipulasi, penambahan, dan pengurangan. Ini artinya bahwa Alkitab tidak bisa lagi menjadi sumber sejarah yang kredibel. Selain itu, kitab suci ini tidak memiliki sanad yang bersambung sampai kepada Musa ʿAlaihis Salām, maupun kepada para nabi setelah beliau, padahal sejarah mereka tertulis di dalam kitab tersebut.
    – Dalam Kitab Raja-Raja Satu dan Dua, yang berbicara tentang Haikal ini, orang-orang Yahudi mengatakan bahwa penulisnya adalah nabi Yeremia. Padahal ini keliru, karena peristiwa-peristiwa yang termaktub dalam kitab kedua terjadi setelah masa Yeremia, jadi tidak masuk akal jika dia penulisnya. Lihat: al-Madhkal Ilā al-Kitāb al-Muqaddasah karya Habib Said (hal. 99). Karena alasan inilah para sarjana dan sejarawan meragukan kedua kitab tersebut. Seorang dokter Perancis, Maurice Bucaille menyatakan bahwa para sarjana meragukan nilai historis Kitab Samuel dan Kitab Raja-raja, karena peristiwa-peristiwa yang termaktub di dalamnya telah bercampur dengan dongeng, ada banyak kesalahan, dan bahwa satu peristiwa memiliki narasi ganda atau bahkan tiga narasi berbeda. Dirāsah al-Kitāb al-Muqaddasah fī Ḏauʾi al-Maʿārif al-H̱adītsah, halaman 34.
    – Para sarjana juga mempertanyakan Kitab Tawarikh Satu dan Dua, yang di dalamnya disebutkan pembangunan Haikal oleh Sulaiman. Sebagaimana banyak sarjana dari kalangan Yahudi dan Nasrani juga meragukan seluruh isi Perjanjian Lama sebagai sumber yang dapat dipercaya. Di antara mereka yang meragukannya adalah Will Durant (penulis buku The Story of Civilization), Baruch Spinoza (seorang filsuf Yahudi), Maurice Bucaille (seorang dokter Perancis), dan lain-lain. Penulis Ensiklopedia Baitul Maqdis mengatakan bahwa pembangunan Haikal hanyalah mitos dan khayalan. Orang-orang Yahudi menyandarkannya kepada Nabi kita, Sulaiman. Kisah pembangunan Haikal ini tidak diketahui sejarah dan tidak memiliki sumber kecuali dari kitab-kitab orang-orang Yahudi sendiri. Selesai kutipan.
  3. Kitab-kitab yang berbicara tentang Haikal ini berbeda-beda narasinya dan saling kontradiktif, yang menunjukkan bahwa kitab-kitab tersebut bukanlah kitab suci maupun wahyu dari Allah, melainkan hanya tulisan tangan manusia yang secara palsu dan dusta dikatakan berasal dari Allah. Di antara kontradiksi tersebut, bahwa dalam Kitab 1 Raja-raja menyebutkan bahwa jumlah para mandor (yang menjadi pengawas para pekerja) yang dimiliki Sulaiman adalah 3.300 orang. (Kitab 1 Raja-raja (5), 14-16). Adapun dalam kitab Tawarikh disebutkan bahwa jumlahnya adalah 3600. (Kitab 2 Tawarikh (2) 221) Mereka mengklaim bahwa kitab-kitab tersebut merupakan wahyu dari Allah kepada para nabi yang diutus setelah Sulaiman ʿAlaihis Salām, jika benar begitu, tentu tidak mungkin ada perbedaan dan kontradiksi dalam kitab-kitab itu.
  4. Orang yang mempelajari ayat-ayat dalam Alkitab yang berkaitan dengan pembangunan kuil ini niscaya akan terheran-heran dan akan mengingkarinya, bahkan akan yakin bahwa kisah tentang pembangunan Haikal ini hanyalah mitos dan dongeng yang tidak nyata. Hal itu karena dia akan mendapati bahwa kuil ini adalah sebuah bangunan yang sangat besar, yang mungkin menjadi salah satu bangunan terbesar yang dikenal umat manusia. Jadi, material yang digunakan dalam konstruksi dan jumlah pekerjanya pun hanya khayalan belaka, dilebih-lebihkan hingga melewati batas logika. Emasnya seberat seratus ribu Wazanah (satu Wazanah setara dengan sekitar enam belas gram), artinya totalnya 1,6 ton emas! Adapun peraknya sebanyak satu juta Wazanah, sehingga totalnya 16 ton perak!
    Besi dan tembaga yang digunakan tidak terhitung lagi karena saking banyaknya. Adapun kayu serta batunya, jumlahnya lebih banyak lagi! Jumlah pekerja yang ikut serta dalam pembangunan tersebut sebanyak 180.000 orang, termasuk 30.000 pekerja yang dikirim oleh Sulaiman ʿAlaihis Salām ke Lebanon untuk menebang pohon di sana. Mereka dikepalai mandor yang berjumlah 3.600 atau 3.400 orang, sesuai dengan perbedaan jumlah mereka dalam kitab-kitab. Dengan semua material dan pekerja tersebut, berapakah panjang, lebar dan tinggi Haikal ini? Alkitab menyatakan bahwa panjang kuil ini enam puluh hasta (kira-kira 30 meter), lebarnya dua puluh hasta (10 meter), tingginya tiga puluh hasta (15 meter). Adapun serambi (halaman) di depannya panjangnya dua puluh hasta dan lebarnya sepuluh hasta. (Kitab 1 Raja-raja: 6 dan Kitab 2 Tawarikh: 3)
    Jadi, ukuran bangunannya adalah 30x10x15 meter, jadi luasnya 300 meter persegi dengan tinggi empat atau lima lantai!! Apakah masuk akal untuk menggunakan semua material ini dan mempekerjakan 180.000 pekerja selama tujuh tahun untuk membangun bangunan kecil ini?! Ini adalah kedustaan dan sesuatu yang berlebihan, yang dimaksudkan hanya untuk menunjukkan keagungan dan kemuliaan Haikal yang mereka klaim ini.
  5. Orang-orang Yahudi sendiri tidak menyepakati kuil yang sama dan tempat yang sama. Orang-orang Yahudi di Kerajaan Samaria mengatakan bahwa Haikal mereka ada di kota Nablus, bukan di Yerusalem. Ada pula yang mengatakan bahwa letaknya ada di desa Beitin, sebelah utara Yerusalem. Kelompok ketiga mengatakan bahwa kuilnya didirikan di Bukit Tel Dan. Semua ini menegaskan bahwa kisah Haikal ini hanyalah dongeng belaka, karena memang semua kuil-kuil ini tidak ada wujudnya dan tidak pernah ditemukan bekas-bekasnya.
  6. Orang-orang yang menyebutkan adanya kuil-kuil ini menjadi bukti bahwa bangunan-bangunan tersebut memang telah hancur total. Yerusalem sendiri telah dihancurkan pada tahun 70 M dan menjadi puing-puing dan reruntuhan, termasuk Haikal tersebut. Jadi, mencari bangunan yang telah hancur total dua ribu tahun yang lalu adalah usaha sia-sia.
  7. Bukti-bukti sejarah menunjukkan bahwa yang membangun Masjidil Aqsa adalah Ibrahim, atau cucunya Yakub ʿAlaihimas Salām, yakni ratusan tahun sebelum Sulaiman. Maka dari itu, tidak masuk akal jika Sulaiman merobohkan tempat yang dibangun untuk beribadah kepada Allah oleh seorang Nabi seperti dirinya demi mendirikan Haikal di atasnya. Imam Bukhari (3366) dan Muslim (520) meriwayatkan dari Abu Dzar —Semoga Allah Meridainya— yang berkata, “Aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, masjid manakah yang pertama kali ditempatkan di bumi?’ Beliau Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam menjawab, ‘Masjidil Haram.’ Aku bertanya lagi, ‘Kemudian?’ Beliau Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam menjawab, ‘Masjidil Aqsa.’ Aku bertanya, ‘Berapa jarak antara keduanya?’ Beliau Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam menjawab, ‘Empat puluh tahun.’” Lihat al-Bidāyah wa an-Nihāyah (1/375) dan at-Taẖrīr wa Tanwīr (15/4). Lihat pertanyaan nomor (224401).
  8. Menguduskan Haikal (Kuil) adalah kepercayaan paganisme kuno yang ada di negara-negara penganut paganisme kuno, seperti Irak, Suriah, dan Mesir. Mereka meyakini bahwa para dewa bersemayam di langit, lalu jika mereka ingin turun ke bumi, maka mereka tidak akan bisa tinggal kecuali di rumah-rumah yang besar (Kuil). Seorang peneliti, Ahmed Soussa, yang masuk Islam setelah beragama Yahudi, mempertanyakan doktrin tentang Haikal ini sebagaimana yang tersebut dalam Alkitab yang dimiliki orang-orang Yahudi. Dia meyakini bahwa itu adalah doktrin yang dimasukkan ke dalam agama Yahudi dan bahwa itu adalah doktrin paganisme bangsa Kanʿān.
  9. Orang-orang Yahudi mulai melakukan penggalian di bawah Masjidil Aqsa untuk mencari reruntuhan dan puing-puing Haikal Sulaiman pada tahun 1968 M. Seorang sarjana arkeolog Yahudi, Israel Flenkstein, menyatakan bahwa para arkeolog tidak menemukan bukti arkeologis yang menunjukkan bahwa Haikal ini pernah benar-benar ada. Ia menilai bahwa doktrin tentang keberadaan Haikal ini hanya mitos yang tidak ada realitanya dan bahwa para penulis kitab Taurat pada abad ketiga telah menambahkan cerita yang tidak pernah terjadi. Para arkeolog lain yang ikut serta dalam penggalian di bawah Masjidil Aqsa juga menyampaikan hal senada. Seorang arkeolog Amerika, Gordon Franz, menyatakan bahwa tidak ada bukti keberadaan Haikal di tempat ini (yakni di bawah Masjidil Aqsa). Ketika ia ditanya, “Lalu di mana letak Haikal tersebut?” Dia menjawab, “Saya tidak tahu, dan tidak seorang pun mengetahuinya.”
    Demikianlah, para arkeolog telah menemukan beberapa benda kuno dari zaman Daud dan Sulaiman ʿAlaihimas Salām dan benda-benda lain setelah masa itu, maka ini adalah salah satu bukti terkuat bahwa “Kuil Sulaiman” hanyalah sebuah mitos, yang dikarang oleh para penulis Alkitab lalu dengan kedustaan dan kebohongan mengklaim bahwa itu berasal dari Allah. Merekalah orang-orang yang Allah Subẖānahu wa Taʿālā katakan, “Maka celakalah orang-orang yang menulis kitab dengan tangan mereka (sendiri), kemudian berkata, ‘Ini dari Allah,’ (dengan maksud) untuk menjualnya dengan harga murah, maka celakalah mereka, karena tulisan tangan mereka, dan celakalah mereka karena apa yang mereka perbuat.” (QS. Al-Baqarah: 79)
  10. Orang-orang Yahudi mengklaim bahwa Tembok Buraq (yang mereka sebut sebagai Tembok Ratapan) adalah bagian dari Haikal yang mereka klaim itu. Klaim ini terbukti salah dan terungkap kedustaannya melalui penelitian ilmiah modern. Sebuah komite internasional yang dikirim untuk menyelidiki peristiwa Revolusi Buraq yang terjadi pada tahun 1930 M, di mana pekerjaan komite ini bersifat ilmiah dan historis, komite ini menyatakan dalam laporannya bahwa kepemilikan Tembok Buraq adalah milik orang Arab (kaum muslimin).
  11. Tidak ada satu pun sejarawan yang menyebutkan bahwa ketika umat Islam memasuki al-Quds pada masa pemerintahan Umar bin Khattab, mereka menemukan ada sebuah kuil Yahudi lalu menghancurkannya, kemudian membangun sebuah masjid di atasnya.
  12. Bangunan yang terbukti dibangun oleh Sulaiman ʿAlaihis Salām sebagai sebuah tempat ibadah adalah Masjidil Aqsa. Beliau ʿAlaihis Salām membangun kembali dan merenovasinya. Pembangunan Masjidil Aqsa oleh Sulaiman ʿAlaihis Salām ini diakui oleh seorang sejarawan Kristen bernama Ibnul ʿAbari (wafat tahun 1286 M). Dia menyatakan bahwa pada tahun keempat di masa pemerintahannya, Sulaiman memulai membangun sebuah rumah suci, yang dikenal sebagai Masjidil Aqsa. Selesai kutipan.
  13. Andaikata kita mau menerima fakta bahwa Haikal ini dulunya memang pernah ada, bahwa Daud ʿAlaihis Salām adalah orang yang menginisiasi pembangunan tempat ibadah ini, dan bahwa putranya, Sulaiman ʿAlaihis Salām adalah orang yang menyelesaikan pembangunannya, maka kami—kaum muslimin—lebih berhak atas Haikal ini dibandingkan orang-orang Yahudi, karena Haikal ini dibangun oleh Daud dan Sulaiman untuk menjadi tempat ibadah bagi orang-orang yang beriman dengan mereka berdua dan juga dengan seluruh nabi dan rasul. Jadi, itu adalah Haikal bagi orang-orang bertauhid yang beriman kepada para nabi, yang beribadah kepada Allah Subẖānahu wa Taʿālā dan Mengesakan-Nya, bukan Haikal untuk orang-orang yang telah membunuh para nabi, kafir kepada Daud dan Sulaiman ʿAlaihimas Salām, mengingkari kenabian mereka, dan mengklaim bahwa mereka hanyalah sebatas raja, bahkan mengatakan bahwa mereka telah berbuat syirik dan menyembah berhala. Jadi, kami—kaum muslimin—lebih berhak atas Haikal ini, jika memang itu benar ada, karena kami mengimani mereka sebagai dua orang nabi mulia di antara Nabi-nabi utusan Allah Subẖānahu wa Taʿālā.
  14. Sudah diketahui di tengah orang-orang Yahudi bahwa Alkitab ditulis pada masa penawanan di Babilonia. Kami telah sebutkan sebelumnya bahwa orang-orang Yahudi diizinkan kembali ke Palestina setelah bertahun-tahun ditawan. Mungkin saja para penulis kitab suci ini telah menambah kisah-kisah dongeng tentang Haikal ini untuk mendorong orang-orang Yahudi untuk kembali ke al-Quds.

Semua bukti dan argumentasi ini—dan lain-lainnya—menunjukkan bahwa persoalan Haikal ini hanyalah kebohongan belaka, yang ditulis oleh para penulis Alkitab, dan mengatakan bahwa itu berasal dari Allah, agar orang-orang Yahudi punya ikatan dengan kota itu, dan demi mendorong mereka untuk kembali ke sana, dengan alasan bahwa kerajaan mereka tidak akan terwujud kecuali dengan membangun kembali Haikal dalam sangkaan mereka itu.

Ada banyak kitab dan risalah yang ditulis berkenaan Haikal ini. Lihat di antaranya, “al-Haikal al-Mazʿūm baina al-Wahm wa al-H̱aqīqah” karya Dr. Abdul Nashir Qasim al-Farra dan “Naqṣhu al-Mazāʿim aṣh-Ṣhuhyūniyyah fī Haikāl Sulaimān” karya Dr. Shalih Husain al-Raqab. Allah Yang lebih Mengetahui.

islamqa.info/ar/answers/230200/هيكل-سليمان-عليه-السلام-حقيقة-ام-خرافة

PDF sumber artikel.

ثانيا :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *