Lini Masa Khulafaur Rasyidin (Seri 2: Tahun 632 M)

Al-ʿAllāʾ al-Hadrami Radhiyallāhu ʿAnhu Memerangi Penduduk Bahrain (Pantai di Sisi Timur Jazirah Arab)

Tahun Hijriah : 11 Bulan Rajab/Tahun Masehi : 632

Detail Peristiwa:

Di antara kisah penduduk Bahrain, bahwa Rasulullah ṣallallāhu ʿalaihi wa sallam telah mengutus al-ʿAllāʾ al-Hadrami radhiyallāhu ʿanhu untuk mendatangi raja mereka, al-Mundzir bin Sāwā al-ʿAbdi. Dia merespon dengan masuk Islam di tangannya radhiyallāhu ʿanhu kemudian menegakkan Islam dan keadilan di tengah kaumnya.

Ketika Rasulullah ṣallallāhu ʿalaihi wa sallam wafat, kemudian disusul al-Mundzir wafat tak lama setelah itu, penduduk Bahrain murtad setelah wafatnya al-Mundzir. Mereka dipimpin oleh al-Gharur, yakni al-Mundzir bin Nuʿman bin  al-Mundzir. Di antara mereka ada yang berdalih, “Jika Muhammad adalah seorang nabi, tentu dia tidak akan mati.” Tidak ada satu pun desa yang bertahan kecuali satu kampung bernama Jawātsā, yang merupakan salah satu perkampungan al-Aḥsāʾ. Itulah yang menjadi desa pertama di mana salat Jumat didirikan di negeri murtad setelah Abu Bakar radhiyallāhu ʿanhu mengutus al-ʿAllāʾ al-Hadrami radhiyallāhu ʿanhu ke sana.

Ketika al-ʿAllāʾ sudah mendekati Bahrain, dia didatangi oleh Tsumāmah bin Utsāl dalam sebuah rombongan besar lalu setiap pemimpin dari daerah-daerah tersebut menyatakan bergabung dengan pasukan al-ʿAllāʾ al-Hadrami. Kemudian, ketika mereka mendekati pasukan kaum murtad itu, yang telah memobilisasi dan mengumpulkan massa yang sangat besar, lalu mereka singgah di tempat mereka singgah. Mereka bermalam bersebelahan dengan persinggahan mereka.

Pada malam harinya, al-ʿAllāʾ al-Hadrami yang berada di tengah kaum muslimin mendengar suara-suara keras di tengah pasukan orang-orang murtad, lalu dia bertanya, “Siapakah yang bisa memberi kami kabar tentang mereka?” Kemudian Abdullah bin Hadzaf bangkit menjalankan perintah dan menyelinap ke tengah-tengah mereka dan mendapati mereka sedang mabuk berat dan kehilangan kesadaran mereka karena minum-minuman keras.

Dia kembali dan mengabarkan al-ʿAllāʾ keadaan mereka, maka dia dan pasukannya segera menaiki tunggangan mereka lalu menyerang mereka dan membunuh mereka tanpa ampun sehingga hampir tidak ada yang kabur dari mereka. Pasukan berhasil menguasai semua harta benda, hasil panen, dan perbekalan mereka. Mereka mendapatkan ganimah yang melimpah ruah. Dia radhiyallāhu ʿanhu lantas menulis surat kepada Khalifah ash-Shiddiq lalu memberitahukannya hal itu.

Sumber:

https://dorar.net/ قتال العلاء بن الحضرمي رضي الله عنه أهل البحرين

Sumber artikel PDF

 

Khalid bin Walid Memerangi Musailamah al-Kadzdzāb dan Peristiwa Ḥadīqatul Maut (Taman Kematian)

Tahun Hijriah : 11 Bulan Rajab/Tahun Masehi : 632

Detail Peristiwa:

Khalifah Ash-Shiddiq mengirim Khalid bin al-Walid radhiyallāhu ʿanhu dan pasukan kaum muslimin untuk memerangi Musailamah al-Kadzdzāb dan kaumnya dari kalangan Bani Hanifah di Yamamah. Tentara Anshar dikomandoi oleh Tsabit bin Qais bin Syamās. Dia memimpin pasukan dan tidak melewati seorang pun yang murtad kecuali diperangi. Mereka sempat melewati kuda-kuda pengikut Sajāḥ dan memporak-porandakan mereka.

Tsabit bin Qais memerintahkan pasukannya untuk mengusir mereka dari Jazirah Arab. Ash-Shiddiq meminta Khalid memboncengnya dalam suatu detasemen untuk dijadikan perisai di belakangnya.

Ketika Musailamah mendengar kedatangan Khalid, dia berkemah di sebuah tempat bernama Aqrabā di pinggiran Yamamah, sementara para pasukan sudah ada di belakang mereka. Musailamah memanggil orang-orang, mengobarkan semangat mereka, dan mengumpulkan penduduk Yamamah untuk menyokongnya sehingga terjadi pertempuran dahsyat antara pasukan kaum muslimin dan orang-orang kafir. Pertempuran tersebut sangat sengit sehingga para Sahabat saling berwasiat dengan mengatakan, “Wahai para penghafal surah  al-Baqarah, hari ini sihir akan sirna kekuatan Islam akan berjaya.”

Khalid memisahkan antara Muhajirin, kaum Anshar, dan kalangan Badui, di mana setiap klan punya panji sendiri untuk berperang sehingga orang-orang mengetahui dari mana mereka datang. Para Sahabat bersabar di tempat ini dengan kesabaran yang tiada tara. Mereka terus maju mendobrak garis tengah pertahanan musuhnya hingga Allah memberi mereka kemenangan dan orang-orang kafir lari terbirit-birit.

Kaum muslimin memasuki Ḥadīqah (taman) melalui benteng-benteng dan pintu-pintunya untuk membunuh penduduk Yamamah yang murtad sampai menemukan si Musailamah. Kemudian Wahsyi bin Harb, budak Jubair bin Muthʿim yang telah dimerdekakan, maju menjadi eksekutor dan membidiknya dengan tombaknya sampai mengenainya hingga menembus sisi tubuhnya yang lain. Lalu Abu Dujanah Simāk bin Kharsyah berlari ke arahnya lalu menebasnya dengan pedang sampai ia tersungkur. Orang yang terbunuh di dalam taman serta dalam pertempuran berjumlah hampir sepuluh ribu pasukan, bahkan konon mencapai 21.000, sementara di pihak kaum muslimin 600 atau 500 pejuang.

Sumber:

https://dorar.net/قتال خالد بن الوليد رضي الله عنه مسيلمة الكذاب ووقعة حديقة الموت

Sumber artikel PDF

 

Penduduk Oman Murtad di Masa Pemerintahan Abu Bakar  Ash-Shiddiq 

Tahun Hijriah : 11 Bulan Rajab/Tahun Masehi : 632

Detail Peristiwa:

Muncul di tengah penduduk Oman seorang laki-laki bernama Dzul Tāj, Laqīt bin Malik al-Azdi, yang pada masa jahiliah dipanggil dengan al-Julandi. Dia mengaku sebagai seorang nabi yang kemudian diikuti oleh penduduk Oman yang bodoh. Dia mengalahkan dan menaklukkan Jaifar dan ʿIbād lalu mengasingkan mereka berdua ke pinggiran Oman di daerah pegunungan pesisir.

Jaifar lalu mengirimkan utusan kepada ash-Shiddiq dan mengabarkan apa yang terjadi dan meminta bantuan. Ash-Shiddiq meresponnya dengan mengirim dua orang komandan, yaitu Hudzaifah bin Mihshan al-Himyari dan Arfajah al-Barqi dari Kabilah al-Azdi.  Hudzaifah diberangkatkan ke Oman dan Arfajah ke Mahrah. Dia memerintahkan mereka untuk berkumpul dan bertemu serta memulai dengan Oman terlebih dulu sehingga Hudzaifah yang jadi pemimpinnya. Jika sampai di Mahrah, maka  Arfajah al-Barqi yang jadi pemimpin.

Kemudian ash-Shiddiq menulis surat kepada Khalid bin Walid yang telah mengalahkan Musailamah, “Aku tidak ingin melihatmu atau mendengar tentangmu sampai petaka (kemurtadan) ini selesai,” maka dia diperintahkan untuk bergabung dengan pasukan Hudzaifah dan Arfajah ke Oman. “Masing-masing dari kalian adalah komandan untuk pasukan kalian. Hudzaifah, selama kalian berada di Oman, maka kau yang memimpin pasukan. Jika kalian sudah selesai, maka pergilah ke Mahrah. Jika kalian sudah selesai, pergilah ke Yaman dan Hadramaut. Sertailah terus al-Muhajir bin Abi Umayyah.

Perangilah orang-orang murtad yang kalian temui sejak dari Oman ke Hadramaut sampai Yaman!”  Ketika mereka sampai di sana, terjadi berbagai penaklukan dan kemenangan, sehingga orang-orang musyrik melarikan diri tetapi kaum muslimin memburu mereka dan membunuh sepuluh ribu pasukan mereka serta menyandera anak-anak mereka. Seluruh harta dan dagangan mereka jadi ganimah bagi kaum Muslimin, yang mana seperlimanya dikirimkan kepada Khalifah ash-Shiddiq radhiyallāhu ʿanhu.

Sumber:

https://dorar.net/ردة أهل عمان والمهرة في عهد أبي بكر الصديق رضي الله عنه

Sumber artikel PDF

 

Abu Bakar  Ash-Shiddiq  radhiyallāhu ʿanhu Menerima Kekhilafahan (Baiat Saqīfah) 

Tahun Hijriah : 11 Bulan Rajab/Tahun Masehi : 632

Detail Peristiwa:

Rasulullah ṣallallāhu ʿalaihi wa sallam wafat dalam keadaan tidak menentukan secara tegas khalifah (pengganti) setelah beliau, meskipun —Allah Yang lebih Mengetahui— ada isyarat-isyarat dan petunjuk-petunjuk dari Nabi ṣallallāhu ʿalaihi wa sallam untuk menunjuk Abu Bakar radhiyallāhu ʿanhu.

Kemudian, kaum Anshar berkumpul di Saqīfah (semacam bangsal, pent.) milik Bani Sa’idah untuk membaiat salah seorang dari mereka, yaitu Sa’ad bin Ubadah, maka orang-orang Muhajirin mendatangi mereka lalu Abu Bakar mengatakan kepada mereka bahwa urusan (kekuasaan) harus dipegang orang Quraisy, karena mereka adalah orang Arab yang paling tengah garis keturunan dan wilayahnya. Lalu dia menyarankan Umar atau Abu Ubaidah untuk menjadi khalifah, tetapi Umar enggan dan lebih memilih membaiat Abu Bakar sembari menjelaskan keutamaan dan  persahabatannya dengan Nabi ṣallallāhu ʿalaihi wa sallam. Umar langsung berbaiat kepadanya, kemudian diikuti oleh para penghuni Saqīfah. Pada hari selanjutnya, giliran orang-orang yang memberikan baiat secara publik.

Adapun Ali yang tidak ikut berbaiat di Saqīfah, maka itu karena dia sedang sibuk mengurusi dan mengafani Nabi ṣallallāhu ʿalaihi wa sallam. Adapun perkataan bahwa dia menunda berbaiat sampai menunggu meninggalnya Fatimah radhiyallāhu ʿanhu adalah perkataan yang tidak berdasarkan bukti yang valid. Tidak mungkin Ali radhiyallāhu ʿanhu melewatkan enam bulan tanpa berbaiat sementara dialah yang membantu Abu Bakar dan selalu berada di bawah komandonya di setiap waktu, khususnya selama Perang Riddah (Perang Kemurtadan). Justru baiat Ali yang kedua setelah kematian Fatimah adalah untuk mempertegas baiat pertama dan untuk menutup celah fitnah.

Sumber:

https://dorar.net/ أبو بكرٍ الصِّدِّيق رضِي الله عنه يَتولَّى الخِلافةَ

Sumber artikel PDF

 

Pengiriman Pasukan Usamah bin Zaid ke Negeri Syam 

Tahun Hijriah : 11 Bulan Rajab/Tahun Masehi : 632

Detail Peristiwa:

Ketika Zaid bin Haritsah telah gugur di Perang Muʾtah, Rasulullah ṣallallāhu ʿalaihi wa sallam masih ingin menyerang wilayah tersebut, maka beliau menyiapkan pasukan dan memberikan komando kepada Usamah bin Zaid bin Haritsah untuk menyerang dan memerintahkannya untuk menuju Balqa. Tentara telah dipersiapkan dan dikumpulkan, tetapi belum bergerak karena wafatnya Nabi ṣallallāhu ʿalaihi wa sallam.

Ketika Abu Bakar menerima tampuk khilafah, maka hal pertama yang dilakukannya adalah menggerakkan pasukan Usamah dan mengirimkannya sebagaimana yang dikehendaki Nabi ṣallallāhu ʿalaihi wa sallam. Meskipun orang-orang telah menyarankan Abu Bakar agar membatalkannya, tetapi dia menolak dan memilih menjalankan rencana Rasulullah ṣallallāhu ʿalaihi wa sallam yang ingin memobilisasi tentara tersebut. Abu Bakar secara pribadi mengiringi keberangkatan mereka sambil berjalan kaki dan memberikan wasiat kepada para tentara. Salah satu pengaruh dari tindakan Abu Bakar ini adalah untuk menunjukkan tetapnya  kekuatan umat Islam dan penguatan mental mereka.

Sumber:

https://dorar.net/بَعْثُ أُسامةَ بن زيدٍ رضِي الله عنه إلى الشَّام

Sumber artikel PDF

 

Keluar dan Kemenangan Abu Bakar  Ash-Shiddiq bersama Kaum Muslimin Memerangi Kaum Murtad yang Menyerang Madinah

Tahun Hijriah : 11 Bulan Rajab/Tahun Masehi : 632

Detail Peristiwa:

Hanya berselang tiga hari setelah Abu Bakar Ash-Shiddiq  memperingatkan kaum muslimin terhadap orang-orang Badui yang murtad, mereka ternyata sudah menuju Madinah untuk menyerang dan meninggalkan setengah dari mereka di Dzu Ḥasā untuk menjadi benteng pertahanan bagi mereka.

Para penjaga mengirim utusan kepada Abu Bakar untuk memberi informasi adanya serangan, maka beliau memerintahkan mereka, “Bertahanlah di tempat kalian berada.” Kemudian Ash-Shiddiq  menaiki tunggangannya bersama penduduk Madinah dan para pemuka kabilah untuk menghadapi orang-orang Badui di sekitar Madinah yang datang menyerbu kota.

Fajar baru terbit, sementara mereka dan pasukan musuh sudah berada di tempat yang sama. Ketika mereka mendengar gerakan dan suara kaum Muslimin, mereka meletakkan senjata-senjata mereka sehingga matahari tidak terbit kecuali mereka sudah berbalik melarikan diri. Mereka kalah telak dan ini menjadi kemenangan pertama yang semakin membuat orang-orang musyrik merasa kerdil dan dan kaum Muslimin semakin digdaya.

Bani Dzubyān dan Abas sempat menyerang kaum Muslimin dan membunuh mereka dan orang-orang di belakang mereka melakukan hal yang sama seperti yang telah mereka lakukan. Hal ini membuat Abu Bakar bersumpah bahwa setiap kabilah akan menuntut balas atas jumlah kaum muslimin yang terbunuh bahkan lebih dari itu.

Pertempuran ini menjadi salah satu faktor terbesar kemenangan Islam dan kaum Muslimin, karena Islam menjadi makin digdaya di setiap kabilah dan orang-orang kafir menjadi hina di setiap kabilah. Kemudian Abu Bakar kembali ke Madinah dengan dukungan dan kemenangan serta selamat dan membawa ganimah.

Sumber:

https://dorar.net/خروج أبي بكر الصديق بالمسلمين لقتال المرتدين الذين غاروا على المدينة وانتصاره عليهم

Sumber artikel PDF

 

Abu Bakar  Menyerang Bani Abas dan Dzubyān di Rabdzah di Daerah Abraq 

Tahun Hijriah : 11 Bulan Rajab/Tahun Masehi : 632

Detail Peristiwa:

Ketika Usamah bin Zaid kembali dari misinya ke Romawi, Abu Bakar menyerahkan kepemimpinan Madinah kepadanya dan memerintahkan dia dan orang-orang yang bersamanya untuk mengistirahatkan jasad mereka.

Kemudian Abu Bakar menaiki tunggangannya bersama Kaum Muslimin yang pergi bersamanya. Mereka berkata kepada Abu Bakar, “Engkau pulang saja ke Madinah dan cukup mengirim seseorang  (untuk melakukan penyerangan, pent.).” Dia berkata, “Aku tidak akan melakukannya, demi Allah! Aku sendiri yang akan mengomando kalian!” Lalu dia berangkat bersama pasukan an-Nuʿman, Abdullah, dan Suwaid bin Muqarrin yang telah siap siaga sejak pertempuran sebelumnya, hingga mereka singgah di perkampungan penduduk Rabdzah di daerah Abraq, yang mana di sana ada kumpulan massa dari Bani Abas dan Dzubyān serta sekelompok dari Bani Kinanah. Mereka bertempur hingga Allah mengalahkan al-Harits dan ʿAuf. Al-Huthaiah juga tertawan, sehingga Bani Abas dan  Bani Kinanah melarikan diri.

Abu Bakar tetap berada di Abraq selama beberapa hari, yang sebelumnya telah dikuasai oleh Bani Dzubyān. Abu Bakar berkata, “Bani Dzubyān dilarang menguasai wilayah ini, karena Allah telah menjadikannya ganimah bagi kami.” Beliau lalu menjaga Abraq dengan kuda-kuda Kaum Muslimin dan memantau seluruh wilayah Rabdzah. Ketika Bani Abas dan Dzubyān sudah melarikan diri, mereka bergerak membantu Thalhah yang sudah singgah di Buzākhah.

Sumber:

https://dorar.net/غزو أبي بكر بني عبس وذبيان في الربذة بالأبرق

Sumber artikel PDF

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *